Pengen nulis aja. Jam 8.30 am saat semangkuk baso terhidang di meja kerja, datang seorang bapak keturunan Tionghoa tergopoh gopoh dengan smily face mendatangi kubikel, meminta untuk diberi informasi tentang pajak. Akhirnya saya melayani dengan wajah paling manis pagi ini walaupun harum kuah baso menggangu konsentrasi saya. Si bapak sepuh bertanya info dengan penuh antusias, nafasnya memburu, bahasanya tidak teratur. Jika ada Taxpayer yang bersikap tergesa-gesa atau emosional, saya selalu tegas untuk tenang karena tiap masalah ada solusinya. Saya minta beliau untuk menata kata-kata dan nafasnya supaya lebih enak ngobrolnya.
Lalu beliau mulai berkaca-kaca. Waduh… ada apa ini… airmata buaya minta kita iba? Saya paling emosional jika menghadapi orangtua yang sedih sampe menangis. Pasti jadi terhanyut mellow. Dan beliau mulai membuka kancing kemejanya. Waduhhhh…apa apaan pulak. Ternyata beliau menunjukkan pada saya ada bekas belahan pisau operasi dengan jahitan besar di dadanya sepanjang 15cm. Allahuakbar. Ya Allah. Ternyata beliau cerita kalau dia sulit mengatur nafas karena jantungnya pernah dicangkok dan dia sudah menerima hadiah umur 3 tahun dari Alloh SWT setelah divonis end.
Kedatangan beliau ingin mengikuti progam yang sedang DJP kampanyekan: PMK 91 Tahun Pembinaan Wajib Pajak 2015. Beliau ingin membayarkan seluruh pajak yang belum sempat dia bayarkan sejak tahun 2010 dikarenakan banyak mendapat grand/hadiah/sewa property dan nilainya luar biasa. Waktu saya tanya alasannya mengapa dilunasi sekarang semuanya, jawabannya membuat saya terharu dan ikut menitikkan airmata.
“Ibu…. saya diberi hadiah dari Tuhan berupa materi sedemikian besar dalam hidup saya, saya juga diberi hadiah yang sangat prestitius bisa menikmati 3 tahun ini bersama keluarga saya hidup nyaman di Indonesia setelah divonis end 3 tahun yang lalu. Dan saya tidak bisa mati karena meninggalkan warisan tidak baek bagi keturunan saya. Jadi pagi ini saya datang untuk membetulkan kesalahan saya pada negeri ini supaya negeri ini pun memberi kenikmatan pada keturunan saya. Harta tidak dibawa mati, warisan harta saya juga tidak akan bermanfaat jika semua saya serahkan untuk anak cucu saya. Jadi saya rela membaginya untuk negeri ini”.
Sllaaaaaaaaaapppppp. Pipi saya seperti ditampar, jantung saya serasa dihujam, ruaaarrrrr biasa Jumat Pagi saya. Tuhan mengirim kakek ini untuk memberi saya ilmu yang paling berharga. Kehidupan dan kecintaan pada negeri ini membuat dia rela iklas membayar kan bagian hartanya untuk kelangsungan kehidupan negeri ini …. yang sering kejam terhadap minoritas seperti mereka. Setelah selesai menerangkan, saya mengantar kakek itu sampai pintu dan memberinya buku informasi pajak agar lebih mudah dalam mengisi SSP dan SPT nya.
Sambil menulis ini, airmata saya masih mengalir hangat di pipi saya. Bersyukurnya saya bekerja di tempat saya bertemu banyak orang yang tiap waktu memperkaya batin saya. Saya tidak bisa melakukan banyak untuk negeri ini, tapi hanya dengan sedikit usaha kecil saja.
Terima kasih Tuhan atas semua hal yg terjadi dalam hari hari saya.
Dan semangkuk baso itu rasanya jadi hambar, ingat bagaimana pergulatan manusia memenangkan pertarungan jantung dan pisau operasi.
Duuuuh.sakitnya tuh disini… sambil menepuk dada saya.
Penulis: Indraz Setyawati, Pegawai DJP
Note: PMK-91 Tahun 2015 merupakan Peraturan Menteri Keuangan yang memberikan fasilitas penghapusan sanksi administrasi karena wajib pajak melakukan pelaporan atau pembetulan SPT.
Comments are closed.